14 August 2008

PENERIMAAN DIRI APA ADANYA ADALAH MODAL AWAL UNTUK SUKSES

PENERIMAAN DIRI APA ADANYA ADALAH MODAL AWAL UNTUK SUKSES
Oleh: Soesilowati
Kita tentu masih ingat pepatah “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Pepatah ini juga berlaku saat kita ingin meraih sukses atau tujuan tertentu. Manusia mempunyai pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Sederhananya, semua informasi yang diterima oleh manusia akan direkam dalam pikirannya. Informasi yang sering digunakan/baru didengar masuk ke pikiran sadar, sedangkan informasi yang jarang sekali digunakan/pernah didengar akan direkam dalam pikiran bawah sadar. Nah, untuk mencapai suatu tujuan diperlukan kekompakan antara pikiran sadar dan bawah sadar.

Wah, penjelasannya kok ruwet, ya? Eit… hati-hati dengan perkataan yang digunakan. Menurut pakar teknologi pikiran, kalimat yang negatif menyebabkan hidup jadi lebih negatif (bukan lebih hidup, lho…).

Beberapa alasan mengapa kita tidak dapat menerima diri apa adanya:
1. Persepsi orang di sekeliling kita (misal, karena gender, keturunan, dll)
2. Kondisi fisik
3. Tindakan orang lain yang tidak dapat kita terima (trauma).

Bahkan, anak kecil pun dapat mengalami trauma dari kejadian yang tampaknya sepele. Contoh, anak saya yang baru berumur empat tahun. Kemarin, dia mengalami trauma untuk pergi ke dokter. Selidik punya selidik, ternyata saat ke dokter terakhir kali volume suara dokter cukup tinggi. Dan, nada suaranya pun kurang bersahabat. Meskipun hal itu tidak ditujukan pada anak saya, tapi itu sudah ‘dianggap’ kejadian yang tidak menyenangkan.

Salah satu ciri orang yang tidak dapat menerima diri sendiri adalah suka marah dan memaksakan kehendak. Sebaliknya, ciri-ciri orang yang dapat menerima diri sendiri adalah suka senyum dan mudah mengucapkan terima kasih atau bersyukur.

Mungkin saja kita berkomentar, “Bagaimana kita disuruh bersyukur kalau kita sedang mendapat masalah?” Untuk lebih jelasnya saya kutipkan cerita berikut ini.

Sejak sakitnya menjadi parah, Masaru Emoto bangun tiap pukul empat pagi (meskipun kata dokter hal itu tidak banyak membantu karena umurnya akibat kanker tinggal tiga bulan) Pesan yang diberikan dokternya hanya banyak istirahat, mengurangi pekerjaan, dan berdoa. Siapa tahu Tuhan memberi waktu lebih panjang? Karena pesan ketiga itulah sekarang ia sangat mencintai suasana pagi hari.

Maka, usai mencuci muka, ia keluar dan menaiki atap rumahnya. Ada yang selalu indah ketika ia menatap ke Timur. Udara segar dihirupnya dalam-dalam. Setiap kali dihembuskan napas, tiba-tiba bibirnya terbisik kata “terima kasih”.

Mula-mula ia hanya merasa, kalau pagi hari memang indah. Perasaannya jadi lebih tenang. Mengherankan, lama-kelamaan ia tidak memikirkan lagi sakitnya. Ia hanya merasa Tuhan begitu baik. Tuhan memberinya hari demi hari yang indah. Belum pernah ia mengalami perasaan setenang dan sebahagia itu.

Masaru Emoto akhirnya terbebas dari kanker ganas dan ia menyerukan kepada dunia, “Dengan hati yang dipenuhi syukur dan cinta, Anda akan memiliki kekuatan untuk mengalahkan segalanya!”

Apakah Anda mau menerima diri apa adanya?[soe]

* Soesilowati mengawali kariernya sebagai staf IT di Kasogi. Kecintaannya pada dunia anak, dan apa yang dapat membantu anak dalam belajar mendorongnya mempelajari sempoa dan metode memori, akhirnya mempertemukannya dengan Adi W. Gunawan (pemilik sekolah Anugerah Pekerti). Sekarang, ia menjadi guru di sekolah tersebut. Soesilowati dapat dihubungi di soesi_wati@yahoo.com.

Mestakung, The Secret Dan Kemerdekaan Indonesia

Mestakung, The Secret Dan Kemerdekaan Indonesia
Oleh : Prof. Yohanes Surya Ph.D Rektor Universitas Mulimedia Nusantara
Dalam suatu seminar yang diadakan di Jakarta seorang peserta seminar menanyakan apa hubungan Mestakung dengan The Secret. Saat itu saya tidak bisa menjawabnya karena saya belum pernah membaca buku The Secret. Selang beberapa bulan kemudian, dikantor saya ada yang menaruh video The Secret. Saya menonton dan menikmatinya. Ternyata banyak hal menarik dalam buku/video The Secret ini yang berkaitan erat dengan Mestakung.Rahasia sukses menurut The Secret terletak pada visualisasi. Ketika kita meminta sesuatu lalu kita memvisualisasikannya, maka terjadilah apa yang dinamakan hukum tarik menarik. Segala sesuatu ditarik oleh visualisasi itu sehingga akan terwujudlah apa yang diimpi-impikan itu. Tiga hal yang penting dalam the Secret adalah ask (minta), believe (percaya), receive (menerima).Dalam konsep Mestakung, ketika kita menginginkan sesuatu, misalnya kita menginginkan sebuah mobil BMW, kita harus menempatkan diri pada kondisi kritis, suatu kondisi dimana kita benar-benar menginginkan mobil BMW itu. Kondisi kritis dapat terjadi dengan memvisualisasikan mobil BMW dalam pikiran kita, dengan menceritakan ke banyak orang, mengatakan bahwa 2 tahun lagi kita akan punya BMW seri terbaru. Ketika kondisi kritis ini sudah terbentuk maka terjadilah proses pengaturan diri (self organizing) dari alam semesta. Segala sesuatu dalam alam ini akan mengatur diri dan membebaskan kita dari kondisi kritis ini. Dengan kata lain alam akan mengatur diri sehingga mobil BMW yang kita idam-idamkan ini akan kita peroleh. Peristiwa pengaturan diri inilah yang saya namakan Mestakung (= seMESTA menduKUNG).Proses mestakung ini akan terjadi kalau kita melangkah-melangkah dan melangkah dengan tekun. Kita harus tekun melangkah untuk membuat apa yang kita inginkan itu terwujud. Ketika kita melangkah itu, terjadilah proses pelipatgandaan dimana mestakung akan membuat semua yang tampak tidak mungkin menjadi mungkin. Misalnya dalam buku prinsip sukses dan juga dikutip dalam buku The secret diceritakan bagaimana Jack Cranfield yang mempunyai penghasilan $ 25.000./tahun berhasil melipatgandakan penghasilannya menjadi jutaan dollar/tahun. Awalnya ia menginginkan mempunyai penghasilan $ 100.000/tahun. Ia memvisualisasikan ini dengan menulis sebuah replika raksasa uang kertas $ 100.000 diatas langit-langit rumahnya. Setiap bangun tidur ia melihat replika ini. Ia menciptakan perasaan seolah-olah ia telah memiliki uang tersebut. Selama proses (penempatan diri pada kondisi kritis) ini berlangsung, berbagai kesempatan mulai datang. Setiap hari ada saja ide yang datang untuk menghasilkan uang. Ia mulai menulis buku, menghubungi penerbit dan mulai mempromosikan buku ini. Akhirnya menjelang akhir tahun ia mendapatkan $ 92.000 (hampir mendekati apa yang diimpikan). Kalau Jack Cranfield tidak melangkah, mestakung tidak akan terjadi, semesta tidak akan mendukung ia. Mungkin ia tidak akan bertemu dengan jurnalis yang mempromosikan bukunya dalam National Enquirer, atau ia tidak akan diundang oleh University of Massachussetts untuk berjualan di suatu konferensi, ataupun ia tidak akan mendapat banyak sekali undangan seminar, sehingga tidak akan terjadi pelipatgandaan penjualan.Ketika tim Indonesia akan bertanding di China dalam Olimpiade Fisika Asia April 2007, saya memvisualisasikan Indonesia mengalahkan China, menempatkan diri pada kondisi kritis dan mulai melangkah dan melangkah dengan tekun. Waktu itu bahkan selama 1 bulan saya tinggal dengan para siswa di sebuah ruko hanya untuk mengejar target ini. Kita memang tidak sempurna mengalahkan China (kita hanya mampu mengalahkan China dalam eksperimen fisika, dalam teori kita gagal), namun kita mampu menjadi juara kedua dengan perolehan nilai China 43,3 point dan Indonesia 43,2 point. Kita berhasil meraih 2 medali emas (suatu hal yang mustahil terjadi kalau mengingat dalam olimpiade fisika di China tahun 1994 kita tidak mendapatkan satu medali perunggupun).Dalam buku Mestakung rahasia sukses, proses terjadinya mestakung ini saya namakan Krilangkun (kondisi KRItis, meLANGkah, dan teKUN).Begitu banyak orang termotivasi oleh buku The Secret dan Mestakung ini. Baru-baru ini seorang presdir dari suatu perusahaan real estate menelfon, mengatakan bahwa ia berterimakasih sekali untuk seminar mestakung yang saya bawakan di awal tahun 2007. Target dua kali lipat penghasilan yang seharusnya terjadi sampai akhir tahun ini, di pertengahan tahun sudah tercapai. Telah terjadi pelipatgandaan yang luar biasa karena mestakung.Saya berpikir, jika perorangan, perusahaan bisa sukses dengan menerapkan hukum tarik menarik dan mestakung ini, mengapa tidak diterapkan untuk negara kita dalam mengisi kemerdekaan ini?Bagaimana kalau seluruh komponen bangsa pada saat kemerdekaan ini memvisualisasikan Indonesia ditahun 2020 sebagai negara kaya makmur masuk 5 besar kekuatan ekonomi dunia, dihormati seluruh bangsa didunia ini, serta rakyatnya sejahtera, aman, tenteram, berpendidikan tinggi dan hidup berkelimpahan. Kita merdekakan pikiran kita dari belenggu pikiran negatif yang membuat kita miskin, lemah dan tak berdaya. Setiap pejabat membuat blue print pembangunan yang mengarah pada visualisasi ini. Setiap orang didorong untuk berpikir positif, mempunyai keyakinan dan bertindak untuk merealisasikan ini. Saya percaya bahwa ketika kita lakukan visualisasi ini terus menerus, dan melangkah dengan tekun, maka kita akan melihat bagaimana mestakung (semesta mendukung) bekerja, bagaimana the law of attraction akan melipatgandakan hasil dan membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin.Prof. Yohanes Surya Ph.D Rektor Universitas Mulimedia Nusantara).

Menikmati Putaran Roda Kehidupan

Menikmati Putaran Roda Kehidupan
Oleh : Agus Riyanto
Sukses itu penuh perjuangan, bahkan harus diraih dengan pengorbanan yang dahsyat, begitu orang bilang. Meraih sukses itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sering kita kagum terhadap orang-orang sukses di dunia ini, namun kita jarang menelusuri perjalanan sukses mereka yang penuh onak dan duri.Jika kita dilahirkan di tengah keluarga yang sederhana, atau bahkan kekurangan, mungkin kita tidak akan mendapatkan fasilitas yang memadai untuk mewujudkan impian sukses kita. Berawal dari pendidikan yang layak, mungkin kita hanya mendapatkan pendidikan seadanya. Karena kita tidak mendapat fasilitas yang memadai, seperti biaya kuliah dan lain-lain maka kita pun harus berjuang dari nol. Kita bergerak dari bawah, kita berjuang dari bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, tidak diakui siapa-siapa, untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya yang eksistensi dan kompetensinya diakui dunia di sekitar kita.Perjuangan dari bawah adalah perjuangan yang keras dan penuh tantangan. Kita menaiki tangga dari anak tangga yang pertama. Jika orang tua kita adalah pemilik perusahaan, tentu kita tinggal mewarisinya. Kita tidak perlu susah-susah merintis karir dari bawah atau merintis usaha/bisnis dari nol. Tapi jika kita meraih kesuksesan dari tidak punya apa-apa menjadi punya segalanya, kesuksesan ini akan sangat berarti bagi kita. Dan yang lebih penting lagi, perjalanan dalam meraih kesuksesan itu sendiri menjadi kekayaan mental kita yang sangat bernilai.Berjuang dari nol/dari bawah, butuh kesabaran dan semangat yang berlipat ganda. Mungkin kita harus mulai dari profesi yang dalam pandangan umum kurang keren atau tidak berkelas. Misalnya sebagai office boy, pembantu rumah tangga, tukang sapu jalan, pedagang asongan, atau yang lainnya. Bukan berarti saya meremehkan profesi yang saya sebut tadi, tapi kenyataannya bila kita lakukan survey pasti hampir semua orang akan enggan menjalani profesi tadi. Dan mungkin juga orang yang benar-benar sedang menjalani profesi tadi juga karena terpaksa, karena adanya seperti itu, daripada nganggur, atau juga karena minder, "Lha wong saya hanya tamat SD atau SMP, mana mungkin saya dapat pekerjaan yang mentereng..." Banyak orang menganggap pendidikan yang rendah menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.Jika sebuah pekerjaan itu jelas halal dan berkah, buat apa kita malu menjalaninya. Banyak orang ingin kaya dan terlihat perlente, namun pada kenyataannya banyak dari mereka mengambil jalan pintas: korupsi, menjalankan bisnis haram, pergi ke dukun, atau kalau perlu ngingu (memelihara) tuyul dan cari pesugihan. Ini kan tidak ada artinya. Walau kita pada akhirnya kelihatan kaya, punya uang melimpah, tapi pada hakikatnya tidak ada nilainya sama sekali. Saya pikir seorang pemulung yang kucel/lusuh lebih baik daripada mereka.Kesuksesan yang diraih dengan kerja keras dan tetap konsisten di jalan yang luruslah yang akhirnya akan memberikan kebahagiaan yang sejati. Kekayaan yang kita miliki bukan cuma materi, tapi juga kekayaan mental/kaya hati. Ini adalah kesuksesan yang ideal; selain materi, spiritualitas juga kita miliki. Jadi dunianya kita dapat, akhiratnya juga tidak ketinggalan.Saya mengenal seorang figur sukses yang luar biasa. Beliau pernah menjadi cleaning service, kemudian bekerja di sebuah universitas negeri di Purwokerto. Mengawali karier sebagai tukang fotokopi dan penjilidan buku. Namun mimpi beliau tidak pernah padam. Walau beliau berasal dari keluarga petani yang sangat sederhana, mimpinya tetap menjulang ke langit. Sambil bekerja, beliau melanjutka studi di sebuah "Universitas Terbesar" di Indonesia, yakni Universitas Terbuka. Setelah lulus UT, beliau tidak berhenti, tapi malah nekat ikut bersaing untuk mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri. Beberapa kali gagal, tidak membuatnya patah semangat. Hingga akhirnya beliau dapat melanjutkan S2 di Leicester University, Inggris. Setelah menjadi MBA Ed, beliau juga tidak berhenti. Beliau kemudian mendalami NLP (Neuro Linguistic Programming) di negeri kanguru, Australia. Semangat belajar yang tinggi membuatnya terus bertumbuh dari seorang cleaning service/pegawai rendahan menjadi kepala bagian, pembicara publik, dosen luar biasa, motivator dan trainer. Perjuangan beliau membuahkah sukses berkat kerja keras dan semangat pantang menyerah sebelum kesuksesan berada di tangan. Latar belakang keluarga, pendidikan dan profesi awal meniti karier tidak menghentikan mimpi untuk meraih impian dan memberikan yang terbaik untuk kehidupan ini.Kisah di atas hanyalah sekedar contoh bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini kalau kita mau berjuang sepenuh hati. Mungkin sekarang kita masih jadi pegawai rendahan, disuruh ini dan itu, bekerja di bawah tekanan yang luar biasa. Atau bisnis kita baru bertunas, orang-orang memandang dengan sebelah mata. Bukankah itu sebuah ujian, apakah kita sanggup melewati tangga demi tangga kehidupan hingga akhirnya kita sampai pada puncak tangga kesuksesan. Untuk menggapai impian, kita hanya butuh semangat berlipat ganda daripada orang kebanyakan. Di saat orang lain berhenti melangkah, justru kita berlari. Di saat orang lain berkata, "Itu tak mungkin berhasil", kita justru yakin bahwa nothing is impossible. Di saat kita diremehkan, dipandang sebelah mata, kita justru lebih yakin lagi siapa diri kita yang sesungguhnya. Keberhasilah kita bukan karena orang lain, tapi karena usaha kita sendiri. Kita yakin dengan kemampuan kita. Kita tidak pasrah begitu saja dengan keadaan, namun ikhtiar sekuat tenaga, baru setelah itu bertawakkal menyerahkan hasilnya pada Yang Maha Kuasa.Salam sukses dunia-akhirat!Agus Riyanto

Memaknai Kompetisi Sebagai Sebuah Pusaran Sinergi

Memaknai Kompetisi Sebagai Sebuah Pusaran Sinergi

Oleh : Tommy Setiawan

Dewasa ini kata KOMPETISI banyak ditafsirkan sebagai sebuah drama yang selalu melahirkan "Pemenang" sekaligus mencetak sekumpulan "Orang Kalah". Sebagai konsekuensinya, "Pemenang" akan ditafsirkan sebagai sosok yang menjulang di puncak kejayaan, yang akan dipandang dengan wajah menengadah oleh kaum "terkalahkan".

Sekejam itukah makna KOMPETISI? Apalagi bila panggung kompetisi ini sudah menapak, sudah mengejawantah di kehidupan riil sehari-hari. Sungguh kejam bila alam semesta ini pada akhirnya dikotak-kotakkan sebagai winner-looser, sebagai leader-follower, sebagai champion-mediocre, sebagai developing-under developed, atau sebagai central-marginal. Sedangkal itukah Hukum Alam yang harus dijalani oleh manusia?

Tentu tidak! Tuhan Sang Pemangku semesta alam ini sudah menyerukan untuk "Berlomba-lomba di dalam kebaikan". Ini artinya, hakikat sejati dari KOMPETISI akan jauh lebih dalam dari sekedar menang-kalah. Ada energi positif yang sangat besar, yang mengandung berjuta manfaat, yang dikandung oleh drama bernama KOMPETISI ini.

Sebagai contoh, kesuksesan Tim Olimpiade Fisika Indonesia sebagai the rising star, telah memacu ratusan SMA unggulan di seantero negeri untuk menempatkan wakil-wakilnya. Walaupun akhirnya tim terpilih hanya terdiri dari "hitungan jari", tidak berarti ribuan siswa yang telah ikut berkompetisi lantas menjadi sia-sia.

Tengoklah, berapa banyak SMA yang saat ini dengan bangga memasang papan nama "Mitra Olimpiade Fisika" dihalaman muka sekolahnya? Berapa banyak siswa SMA yang mendadak "jatuh cinta" pada mata pelajaran yang dulunya biasa dianggap monster? Semua pencapaian itu adalah hasil SINERGI dari ribuan siswa yang (menjadi) antusias, hasil SINERGI dari ratusan guru yang (menjadi) kompeten. Dan semua aktifitas ini berpusaran dengan KOMPETISI (Olimpiade Fisika) sebagai pusat orbitnya.

Jadi apa hakikat sejati dari KOMPETISI itu? Untuk menjawabnya, kita mengacu pada sebuah Hukum Alam, yaitu bahwa segala sesuatunya di alam semesta ini selalu bergerak memutar. Semua mahluk Tuhan tanpa kecuali, selalu bergerak memutar.

Tengoklah, sekumpulan tatasurya akan mengorbit membentuk galaksi. Sekumpulan galaksi mengorbit membentuk super cluster. Sekumpulan elektron akan mengorbit membentuk molekul. Metabolisme manusia juga merupakan pusaran, sirkulasi dari energi kimia (makanan) menjadi energi tubuh (bio energi) dengan perantaraan sirkulasi darah dimana jantung merupakan pusat orbitnya. Contoh-contoh di atas menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini selalu berpusaran pada "sesuatu" yang lebih besar dari dirinya.

KOMPETISI adalah sebuah bentuk pusaran. Sang "pemenang" adalah pusat orbitnya, sementara "peserta lainnya" akan berputar mengelilinginya. Tidak ada istilah "kalah-menang" di sini, karena kewajiban sang "pemenang" adalah membagi ilmunya, membagi pengalamannya, menebar energi positifnya, kepada siapa saja yang mengorbit di sekelilingnya. Sedangkan kewajiban "peserta lainnya" adalah membuka diri untuk menyerap energi, menyerap ilmu, menyerap pengalaman dari sang pusat orbit, sang "pemenang". Inilah sebuah bentuk SINERGI.

Meskipun sama-sama mengorbit, tapi ada perbedaan mendasar antara manusia dengan mahluk Tuhan lainnya dalam melakukan SINERGI nya. Seperti "bumi-matahari", sampai kapan pun bumi selalu mengitari matahari dan tak mungkin terjadi hal sebaliknya. Tapi manusia sama sekali berbeda.

Manusia, mahluk Tuhan yang telah di "inisiasi" sebagai penguasa bumi dan isinya, telah dianugerahi kemampuan yang tak terbatas. Setiap orang memang akan selalu "mengorbit" pada seseorang yang lebih sukses dari dirinya. Seorang karyawan mengorbit pada perusahaan tempat ia bekerja. Seorang pengusaha akan mengorbit pada segmen konsumen tertentu dan juga mengorbit pada pengusaha senior lainnya (baca: networking). Seorang trainer akan mengorbit pada seorang guru yang lebih diakui kesahihannya. Tapi pada satu titik, setelah ia sukses menyerap energinya, menyerap pengalamannya, ia akan lepas, dan menjelma sebagai pusat orbit yang baru.

Kini ia akan beralih tugas, dari "menyerap" berubah menjadi "membagi". Dan di sekelilingnya PASTI akan mengorbit rekannya, muridnya, koleganya, bawahannya atau pengagumnya yang dengan hati terbuka bersedia menyerap ilmu dan pengalamannya. Terjadilah sebuah SINERGI yang menjadi mata rantai tak terputuskan. Saling memberi dan menerima. Inilah hakikat yang terdalam dari sebuah KOMPETISI, yang jauh lebih bermakna dari sekedar kalah-menang.

Tahun 2008 sudah kita masuki, marilah kita jalani peran kita masing-masing dengan sebaik-baiknya, agar terjadi SINERGI, yang memang merupakan kehendak Tuhan bagi setiap manusia. Anda yang sedang jadi "pemenang" , sedang menjadi atasan, sedang menjadi idola, bagilah pengalaman dan energi Anda. Sedangkan Anda yang sedang mengorbit, bukalah hati Anda agar dapat maksimal dalam "menyerap".

Suatu saat, atasan-bawahan, idola-pengagum, junior-senior, market leader-follower, pasti akan bertukar peran. Dan itu PASTI terjadi karena memang sudah menjadi ketentuan alam.

Ditulis oleh Tommy Setiawan, seorang praktisi pemasaran. Tommy dapat dihubungi melalui blowbytommy@yahoo.com atau melalui 0812 80 56772.

Kerja Adalah Kehormatan

Kerja Adalah Kehormatan
Oleh : Andrie Wongso


Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.

”Om beli bunga Om.”

”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.

”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.

Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk? Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”

Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya.

”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.” Bercampur antara jengkel dan kasihan si pemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya.

”Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil. Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana.

Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung. ”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?” Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab, ”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”

Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan, meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga hari itu.


Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangan.


Salam sukses luar biasa!
Andrie Wongso