04 April 2008

Kreatif itu, Butuh Nyali Gede

Kalau Bicara tentang Kreativitas, Biasanya akan nyasar pada hal-hal yang berbau seni, atau desain. Bisa jadi itu sebabnya sanggar lukis anak-anak cukup menjamur, karena banyak ortu yang ingin anaknya kreatif lalu menyuruh putra-putrinya les nggambar (meskipun banyak sanggar akhirnya malah membuat anak-anak menjadi tidk kreatif, karena metode pengajaran super baku, atawa asal tiru (istilah keren-nya step by step).

Tapi kalau ditanya, Seperti apa orang kreatif itu?, maka saya akan menjawab: orang kreatif itu adalah orang yang banyak akalnya, yang selalu berhasil nemu jalan keluar dan lolos meskipun kepepet. Jadi, nggak harus lulus sanggar lukis atau menang award kreatif dulu baru dibilang kreatif. Terlebih lagi, sama halnya dengan kemanjuran obat baru teruji saat diminum, akal atau ide tersebut baru ada gunanya saat dijalankan betapapun orisinal suatu ide, kalau ditanya direnung-renungkan saja = omong kosong!

Masalahnya, merealissikan satu ide bagus itu membutuhkan keuletan dan keberanian. Tentang pengalamannya dalam eksprimen penemuan bohlam lampu listrik, Thomas Alfa Edison pernah bilang bahwa, “tak sekalipun saya gagal! Malahan saya telah sukses membuktikan, bahawa ada 700 cara “menciptakan bohlam lampu.
Setelah saya mengeliminasinya satu per satu, maka saya akan menemukan cara yang tepat.” Segera Edison menjadi terkenal sebagai jenius kreatif.
Namun demikian, ceritanya akan lain bisa Edison patah arang dan menghentikan upayanya pada eksprerimen nomor 699.

Jadi, kreatif itu baru terbukti bila suatu ide akhirnya menjadi kenyataan alias berbentuk materi. Ada jazadnya. Dan bukan Cuma suatu ide yang sekedar menari-menari dibenak penciptanya atau berupa omdo (Omongan Doang)..

Implementasi
Bagian paling membosankan, menakutkan dan memerlukan ketekunan.
- Woody Allen, Seorang filmmaker terkenal yang memenangkan 3 piala oscar berujar, ”90% of success it just showing up!” Istilah Jawanya, sukses itu 90 %nya seseorang bersedia untuk hadir & Nongkrongin disitu sepenuh hati, sampai jadi!

Butuh nyali gede alau kita mau merelisasikan satu ide kreatif yang orisinal. Pasalnya sesuatu yang orisinal itu pasti baru, pasti nggak umum, kadang terlihat ganjil, challenging dan kadang kontroversial. Implikasinya, sesuatu yang baru itu belum tentu bisa diterima oleh pasar, jadi resikonya cenderung lebih besar ntuk merealisasikan ide orisinal kita.

Namun kalau mau yang resikonya rendah, ya nggak usah sok kreatif. Ikutin saja apa yang sudah ada, nyontek, atawa menjadi budak keinginan pasar, sambil berangan-angan menelorkan ide besar tanpa berani bertaruh/ ambil resiko dengan mengorbankan kondisi status quo, yang kadang kalah sangat nyaman (comfort zone).

Mungkin memang ada kalanya kita harus menjalani hidup berkreasi sesuai keinginan klien (amatir) kita. Istilahnya , apa saja di-turutin meskipun acapkali tak sesuai dengan esetika dan hati nurani, namun kreatif tahu bahwa hal itu hanyalah sementara - dan tetap bermimpi sekaligus mencari-cari jalan keluar untuk mencipta sesuatu yang lebih. Lihat aja Edo Kondologit penyaynyi bersuara emas yang pernah menjalani hidup jadi kuli bangunan , tukang sapu dan satpam, sampai akhirnya bisa ketemu jalan keluar untuk benar-benar jadi penyanyi top. Udah pasti dalam perjalanannya tak terhitung berapa banyak usaha yang gagal. Benar-benar ’usaha’, dan tak semata-mata wacana.

- Omong-omong soal wacana, studi banding, dll, mungkin Indonesia jagonya. Tapi sebenarnya, tanah ini nggak butuh orang-orang model begitu. Indonesia ini butuh orang-orang mau bersedia bekerja kers, berani ambil resiko mendobrak hal-hal yang terlihat impossible, bukan cuma bisa bikin sinetron kampungan atau cari celah agar dapat remah-remah objekan bikin website departemen ber-budget total 17,5 milyar!

Yang kayak gitu mah, sudah keseringan muncul dinegeri ini. Nggak kreatif banget, deh!!!

No comments: