15 June 2007

Kurangnya Pembinaan seni dan kreativitas pada usia dini.

Kurangnya Pembinaan seni dan kreativitas pada usia dini.
Renta Vulkanita

Psikologi modern beranggapan bahwa setiap orang telah dibekali kreativitas semenjak lahir. Beragam kadar kreativitas seseorang ditentukan oleh keadaan lingkungan tempat dia tinggal dan dibesarkan. Sehingga diakui adanya upaya untuk membina dan mengembangkan kreativitas tersebut. Melalui pendidikan seni, diharapkan dapat berguna untuk membinanya sejak lahir.
Pembinaan seni dan kreativitas sejak usia dini sudah banyak dibicarakan orang, tetapi tanpa memahami makna pendidikan seni sebagai cara dan sarana membina serta mengembangkan kreativitas sepertinya sia-sia. Hal ini terbukti bahwa dalam kenyataannya pendidikan seni di sekolah umum belum menempati kedudukan yang sepantasnya. Mengapa demikian? Karena kunci utama sesungguhnya terletak pada seni anak-anak yang masih asing bagi sebagian besar orang. Sudah cukup lama kita meninggalkan pandangan bahwa anak-anak bukanlah bentuk miniatur orang dewasa, tetapi mungkin belum menolak julukan buruk untuk anak yang tak berdosa itu dengan sebutan teribel, perusak, atau monyet yang berpura-pura dewasa.
Tak dikenalnya seni anak-anak akan menimbulkan kerugian kepada mereka dan juga kepada diri kita sendiri sesungguhnya. Gejela demikian pernah terjadi di Eropa Barat, diantaranya hasil penelitian di sekolah-sekolah dasar dinegeri Belanda pada tahun 1935 menunjukkan nilai mata pelajaran mengambar menjadi turun, padahal hasrat murid-murid untuk menggambar naik pada saat itu. Kasus serupa juga banyak terjadi ditempat kita. Tidak jarang anak menjadi kecewa saat secara tradisi mereka menuntut nilai setelah menggambar yang memuaskan tetapi justru yang didapat tidak sepadan dengan harapan meraka. Dapat dikatakan bahwa gejala itu menunjukkan ketidakmampun guru untuk membaca gambar hasil ciptaan, padahal ketiadaan pandangan yang benar dalam terbentuknya gambar anak-anak dapat menuju kepada pengarahan yang tidak benar dalam pelajaran menggambar ( Van Gelder & Van Praag, 1956 ).
Gejala demikian tidak hanya terjadi dalam menggambar, tetapi juga dalam seni yang lain dan sementara orang dewasa tidak menyadari kesalahannya. Semua itu terjadi karena seni anak-anak belum disadari kehadirannya oleh orang dewasa yang kemudian akibatnya tidak diakui keberadaannya. Kesalahan orang sesunguhnya tidak besar, tetapi akibatnya kepada perkembangan anak besar sekali. Mereka terutama para pendidik saat ini sulit untuk mencari bahan bacaan yang membahas seni anak-anak. Hambatan berikutnya terletak pada seni anak-anak sendiri. Seni anak-anak lahir dari anak-anak. Sedangkan masa anak-anak berkembang sangat singkat jika dibandingkan dengan puncak pencapaian usia rata-rata. Atau dengan kata lain masa anak-anak memiliki sifat keseniman hanya meliput seperdua waktu dari masa bersekolah di SD. Kenyataannya ini kurang mendapat perhatian kegiatan brmain di sekolah telah banyak tersita oleh mengajar yang lebih formal. Para guru lupa bahwa masa anak-anak adalah masa bermain, masa spontan memperoleh pengajaran yang banyak melalui bermain yang diantaranya secara formal belum layak diajarkan di sekolah, tetapi mereka peroleh melalui bermain, yang karenanya bermain dapatlah dianggap sebagai cara anak-anak mempersiapkan diri untuk mencapai kedewasaaan dengan cara spontan, bahkan melaui seni mereka. Kiranya tidak perlu takut akan kehilangan makna belajarnya jika para guru SD memberanikan diri ntuk menintegrasikan penyampaian berbagai mata pelajaran kepada anak-anak dengan kegiatan bermain atau kegiatan seni.
Selama ini anak-anak masih bagi kita orang dewasa, terutama bagi para guru SD, selama itu pula pendidikan seni yang demikian berharga itu akan tetap menempati posisi sebagai ganjal semata.

No comments: